MAKALAH
STRATEGI PEMBELAJARAN
STRATEGI PEMBELAJARAN YANG BERORIENTASI PADA PESERTA DIDIK
Dosen pengampu :
1.
Prof. Dr.H. Karwono
2. Ibu Ira Vahlia, M.Pd
Disusun oleh
: Kelompok 1
Beranggotakan :
1.
Prasetya Bima Nugraha (15310016)
2.
Utari Sulistya Ningsih (15310020)
3.
Ria Oftasari (15310028)
4.
Lelly Yuliyanti (15310011)
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
T.A 2016-2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke
hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Makalah ini diajukan guna memenuhi
tugas kelompok mata kuliah Strategi Pebelajaran Matematika.
Adapun makalah ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kami tidak
lupa menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Karwono, M.pd dan Ibu
Ira Vahlia, M.pd selaku dosen yang telah membimbing dalam menyelesaikan
makalah ini.
Namun
tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik
dari segi penyusunan, bahasa, maupun segi lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada dan tangan terbuka kami menerima dan membutuhkan kritik serta saran
yang membangun.
Kami
berharap semoga dari makalah Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada
Peserta Didik ini dapat diambil hikmah
dan manfaatnya sehingga dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul...................................................................................................... i
Kata Pengantar..................................................................................................... ii
Daftar Isi .............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 1
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ............................................................................................................ 2
1.5 Metode Pencarian Materi ................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
2.1 Pengertian Strategi
Pembelajaran yang Berorientasi
pada Aktivitas
Peserta Didik ......................................................................................................... 3
2.2 Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran yang Berorientasi
ada
Aktivitas Peserta Didik ............................................................................. 11
2.3 Dasar Perimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran yang
Berorientasi
pada
Aktivitas Peserta Didik ........................................................................... 13
2.4 Langkah Pelaksanaan Strategi
Pembelajaran yang Berorientasi pada
Aktivitas Peserta Didik ...................................................................................... 16
2.5 Upaya Pemecahan Kasus
Pembelajarannya Dalam Strategi Pembelajaran
yang
Berorientasi pada Aktivitas
Peserta Didik .......................................... 17
BAB III KESIMPULAN ................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada awalnya istilah strategi
digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh
kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Stategi tersebut
dimaksudkan agar peperangan dapat dimenangkan dengan rencana yang telah
disusun. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin tingginya tingkat
peradapan manusia banyak bidang-bidang lainnya yang membutuhkan strategi untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Contohnya, pada bidang ekonomi dibutuhkan
strategi pemasaran yang baik agar produk yang dijual laku dipasaran. Begitu
pula dengan dunia pendidikan yang dalam hal ini adalah pembelajaran di dalam
kelas juga membutuhkan sebuah strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Strategi tersebut disesuaikan dengan karakteristik dan kondisi yang
ada dilapangan. Strategi pembelajaran
inilah yang akan membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Strategi
tersebut dapat disesuaikan dengan pijakan yang diambil oleh guru.
Seiring dengan
perkembangan ilmu pendidikan yang juga mengakibatkan adanya perkembangan dalam
dunia pendidikan maka muncul banyak sekali pijakan yang dapat digunakan oleh
guru dan juga macam strategi yang dapat digunakan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran. Misalnya pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik.
Banyak guru yang belum paham mengenai strategi pembelajaran yang berorientasi
pada peserta didik. Oleh karena hal tersebut makalah ini akan membahas mengenai
strategi pembelajaran khususnya yakni pembelajaran yang berorientasi pada
peserta didik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu :
1. Apa pengertian
strategi pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik?
2. Apa saja
kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas
peserta didik?
3. Apa saja yang
menjadi dasar pertimbangan pemilihan strategi tersebut?
4. Apa saja
langkah pelaksanaan strategi pembelajarannya?
5. Bagaimana upaya
pemecahan kasus pembelajarannya?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian
strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik.
2. Untuk mengetahui apa saja kelebihan
dan kekurangan strategi pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik.
3. Untuk mengetahui apa saja yang
menjadi dasar pertimbangan pemilihan strategi tersebut.
4. Untuk mengetahui apa saja langkah
pelaksanaan strategi pembelajarannya.
5. Untuk mengetahui bagaimana upaya
pemecahan kasus pembelajarannya.
1.4 Manfaat
1. Sebagai media
belajar dan tambahan wawasan bagi penulis.
2. Memberikan informasi bagi pembaca.
3. Dapat memahami atau menerapkan
pengetahuan yang telah diperoleh.
1.5 Metode Pencarian Materi
Penulis dalam
mencari materi menggunakan metode kajian pustaka yaitu mencari di buku dan
internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Peserta Didik
Strategi
pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
metode strategi pembelajaran juga
disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan
penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Untuk dapat mengimplementasikan
yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan tercapai secara optimal,
ini yang dinamakan metode. Metode digunakan untuk merealisasikan rencana yang
telah ditetapkan. Dengan demikian, satu strategi pembelajaran dapat digunakan
beberapa metode. Istilah lain yang memiliki kemiripan dengan strategi adalah
pendekatan atau approch. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode
pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan.
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas
peserta didik berarti suatu perencanaan yang
berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu dengan menggunakan pendekatan pada kegiatan atau aktivitas
siswa. Dalam
standar proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa.
Artinya, sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dengan
kata lain, pembelajaran ditekankan atau berorientasi aktivitas siswa (PBAS).Ada
beberapa asumsi perlunya pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa.
1. Asumsi filosofis tentang pendidikan.
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkann manusia menuju
kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial, maupun kedewasaan moral. Oleh karena
itu, hakikat pendidikan pada dasarnya adalah interaksi manusia, pembinaan dan
pengembangan potensi manusia, berlangsung sepanjang hayat, kesesuaian dengan
kemampuan dan tingkat perkembangan sisiwa, keseimbangan antara kebebasan subjek
didikdan kewibaan guru, serta peningkatan kualitas hidup.
2. Asumsi tentang siswa sebagai subjek
pendidikan, yaitu
a. siswa bukanlah manusia ukuran mini,
akan tetapi manusia yang sedang dalam tahap perkembangan.
b. Setiap manusia memiliki kemampuan
yang berbeda.
c. Anak didik pada dasarnya adalah
insan yang aktif, kreatif, dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya.
3. Asumsi tentang guru bahwa guru
bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar peserta didik dan memiliki
kemampuan profesional dalam pembelajaran.
4. Asumsi yang berkaitan dengan proses
pembelajaran yaitu bahwa proses pembelajaran direncanakan dan dilaksanakan
sebagai suatu sistem dan peristiwa belajar akan terjadi manakala sisiwa
berinteraksi dengan lingkungan yang diatur oleh guru.
a. Konsep dan Tujuan Pembelajaran yang Berorientasi
pada Aktivitas Siswa (PBAS)
Pembelajaran
berorientasi aktivitas siswa dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara optimal untuk
memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor secara seimbang.
Pembelajaran
yang berorientasi pada aktivitas siswa ini menekankan kepada aktivitas sisiwa
secara optimal, artinya pembelajaran menghendaki keseimbangan antara aktivitas
fisik, mental, termasuk emosional dan aktivitas intelektual. Seorang siswa yang
tampaknya hanya diam saja, tidak berarti memiliki kadar pembelajaran
berorientasi aktivitas siswa yang rendah dibandingkan dengan seseorang yang
sibuk mencatat. Sebab, mungkin saja yang duduk itu secara mental ia aktif,
misalnya menyimak, menganalisis dalam pikirannya. Sebaliknya, siswa yang sibuk
mencatat tidak bisa dikatakan memiliki kadar pembelajaran atau aktivitas yang
tinggi jika yang bersangkutan hanya sekedar secara fisik aktif mencatat, tidak
diikuti oleh aktivitas mental dan emosional.
Pembelajaran
yang berorientasi pada aktivitas siswa
juga menghendaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara
kemampuan intelektual (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan
(psikomotorik). Artinya, dalam pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas
siswa pembentukan siswa secara keseluruhan merupakan tujuan utama dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa ini tidak menghendaki pembentukan siswa yang
secara intelektual cerdas tanpa diimbangi olah sikap dan keterampilan, dan
sebagainya.
Pendekatan
pembelajaran
ini bertujuan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna. Melalui
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa ini siswa tidak hanya
dituntut untuk menguasai sejumlah informasi, tetapi juga bagaimana memanfaatkan
informasi itu untuk kehidupannya. Dihubungkan dengan tujuan pendidikan nasional
yang ingin dicapai yang bukan hanya membentuk manusia yang cerdas, akan tetapi
juga yang lebih penting adalah membentuk manusia yang bertakwa dan memiliki
keterampilan disamping memiliki sikap budi luhur, maka pembelajaran yang
berorientasi pada aktivitas siswa ini merupakan pendekatan yang sangat cocok
dikembangkan.
b. Peran guru dalam implementasi Pembelajaran yang Berorientasi
pada Aktivitas Siswa (PBAS)
Kekeliruan
yang kerap muncul adalah adanya anggapan bahwa dengan pembelajaran yang
berorientasi pada aktivitas siswa peran guru semakin berkurang. Anggapan
semacam ini tentu saja tidak tepat, sebab walaupun pembelajaran ini didesain
untuk meningkatkan aktivitas siswa, tidak berarti mengakibatkan kurangnya peran
dan tanggung jawab guru. Baik guru maupun siswa sama-sama harus berperan penuh,
oleh karena peran mereka sama-sama sebagai subjek belajar. Adapun yang
membedakannya hanya terletak pada tugas yang harus dikerjakan. Dalam implementasi pembelajaran ini guru
tidak berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan
materi pelajaran kepada siswa, akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana
memfasilitasi agar siswa belajar. Oleh karena itu, pembelajaran yang
berorientasi pada aktivitas siswa menuntut guru untuk kreatif dan inovatif
sehingga mampu menyesuaikan kegiatan mengajarnya dengan gaya dan karakteristik
belajar siswa. Dalam upaya itu ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru,
antara lain :
1. Mengemukakan berbagai alternatif
tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
Artinya, tujuan pembelajaran tidak semata-mata ditentukan oleh guru, akan tetapi
diharapkan siswa pun terlibat dalam menentukan dan merumuskannya.
2. Menyusun tugas-tugas belajar
bersama-sama. Artinya, tugas-tugas apa yang sebaiknya dikerjakan oleh siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran, tidak hanya ditentukan guru tetapi juga
siswa. Hal ini dilakukan untuk memupuk tanggung jawab siswa. Biasanya manakala
siswa terlibat dalam menentukan jenis
tugas dan batas akhir penyelesaiannya, siswa akan lebih bertangguung
jawab untuk mengerjakannya.
3. Memberikan informasi tentang
kegiatan yang harus dilakukan. Dengan pemberitahuan rencana pembelajaran, maka
siswa akan semakin paham apa yang harus dilakukan.
4. Memberikan bantuan dan pelayanan
kepada siswa yang memerlukannya. Guru perlu menyadari bahwa siswa memiliki
kemampuan yang beragam. Karena itu guru harus memiliki kontrol apalagi terhadap
siswa yang dianggap lambat dalam belajar.
5. Memberi motivasi, mendorong siswa
untuk belajar melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan.
6. Membantu siswa dalam menarik
kesimpulan. Dalam implementasi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas
siswa, guru tidak menyimpulkan sendiri pokok bahasan yang telah dipelajari.
Selain peran-peran diatas, masih
banyak tugas yang menjadi tanggung jawab guru. Guru tidak hanya menempatkan
diri sebagai sumber informasi, tetapi berperan sebagai penunjuk dan fasilitator
dalam memanfaatkan sumber belajar.
c. Penerapan Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas
Siswa dalam Proses Pembelajaran
Dalam
kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas
siswa diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, seperti mendengarkan,
berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah, dan
sebagainya. Keaktifan siswa ada yang dapat diamati secara langsung seperti mengerjakan tugas, berdiskusi,
megumpulkan data dan lainnya. Namun ada juga yang tidak dapat diamati seperti kegiatan mendengarkan
dan menyimak. Untuk dapat mengetahui apakah proses pembelajaran memiliki kadar
pembelajaran dengan aktivitas siswa yang tinggi, sedang, rendah, dapat dilihat
dari kriteria penerapan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran. Kriteria tersebut menggambarkan sejauh mana
keterlibatan siswa dalam pembelajaran baik dalam perencanaan pembelajarann,
proses pembelajaran maupun dalam mengevaluasi
hasil pembelajaran. Semakin siswa terlibat dalam ketiga aspek tersebut, maka
kadar pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa akan semakin tinggi.
1. Kadar pembelajaran yang berorientasi
pada aktivitas siswa dilihat dari proses perencanaan
a. Adanya keterlibatan siswa dalam
merumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta
pengalaman dan motivasi yang dimiliki sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan kegiatan pembelajaran.
b. Adanya keterlibatan siswa dalam
menyusun rancangan pembelajaran.
c. Adanya keterlibatan siswa dalam
menentukan dan memilih sumber belajar yang diperlukan.
d. Adanya keterlibatan siswa dalam
menentukan dan mengadakan media pembelajaran yang akan digunakan.
2. Kadar pembelajaran yang berorientasi
pada aktivitas siswa dilihat dari proses pembelajaran
a. Adanya keterlibatan siswa baik
secara fisik, mental, emosinal maupun intelektual dalam setiap proses
pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tingginya perhatian dan motivasi siswa
untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
b. Siswa belajar secara langsung (experiential learning). Dalam proses
pembelajaran secara langsung, konsep dan prinsip diberikan melalui pengalaman
nyata seperti mraba, merasakan, mengoperasikan dan sebagainya.
c. Adanya keinginan siswa untuk
menciptakan iklim belajar yang kondusif.
d. Keterlibatan siswa dalam mencari dan
memanfaatkan sumber belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan
pembelajaran.
e. Adanya keterlibatan siswa dalam
melakukan prakarsa seperti menjawab dan mengajukan pertanyaan,berusaha
memecahkan masalah selama pembelajaran berlangsung.
f. Terjadinya interaksi multi arah,
baik antara siswa dengan siswa, antara guru dan siswa.
3. Kadar pembelajaran yang berorientasi
pada aktivitas siswa ditinjau dari kegiatan evaluasi pembelajaran
a. Adanya keteribatan siswa untuk
menggevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah dilakukannya.
b. Keterlibatan siswa secara mandiri
untuk melaksanakan kegiatan semacam tes dan tugas-tugas tertentu.
c. Kemauan siswa untuk menyusun laporan
baik tertulis maupun secara lisan berkenaan hasil belajar yangg
diperolehnya.
d. Dari ciri-ciri tersebut dapat
ditentukan apakah proses pembelajaran yang diciptakan tinggi, sedang, atau
rendah.
d. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran yang Berorientasi pada
Siswa (PBAS)
Keberhasilan
penerapan PBAS dalam proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya :
1.
Guru
Guru adalah pelaku pembelajaran,
sehingga dalam hal ini guru merupakan faktor yang terpenting. Di tangan gurulah
sebenarnya letak keberhasilan pembelajaran. Komponen guru tidak dapat
dimanipulasi atau direkayasa oleh komponen lain, dan sebaliknya guru mampu
memanipulasi atau merekayasa komponen lain menjadi bervariasi. Sedangkan
komponen lain tidak dapat mengubah guru menjadi bervariasi. Tujuan rekayasa
pembelajaran oleh guru adalah membentuk lingkungan peserta didik supaya sesuai
dengan lingkungan yang diharapkan dari proses belajar peserta didik, yang pada
akhirnya peserta didik memperoleh suatu hasil belajar sesuai dengan yang
diharapkan. Untuk itu, dalam merekayasa pembelajaran, guru harus berdasarkan
kurikulum yang berlaku.
2.
Peserta didik
Peserta didik merupakan komponen
yang melakukan kegiatan belajar untuk mengembangkan potensi kemampuan menjadi
nyata untuk mencapai tujuan belajar. Komponen peserta ini dapat dimodifikasi
oleh guru.
3.
Tujuan
Tujuan merupakan dasar yang
dijadikan landasan untuk menentukan strategi, materi, media dan evaluasi
pembelajaran. Untuk itu, dalam strategi pembelajaran, penentuan tujuan
merupakan komponen yang pertama kali harus dipilih oleh seorang guru, karena
tujuan pembelajran merupakan target yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran
4.
Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran merupakan medium
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berupa materi yang tersusun secara
sistematis dan dinamis sesuai dengan arah tujuan dan perkembangan kemajuan ilmu
pengetahuan dan tuntutan masyarakat. Menurut Suharsimi (1990) bahan ajar
merupakan komponen inti yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran.
5.
Kegiatan pembelajaran
Agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara optimal, maka dalam menentukan strategi pembelajaran perlu
dirumuskan komponen kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan standar proses
pembelajaran.
6.
Metode
Metode adalah satu cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Penentuan metode yang akan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran akan
sangat menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang berlangsung.
7.
Sarana belajar
Keberhasilan implementasi
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa juga dapat dipengaruhi oleh
ketersediaan sarana belajar yang meliputi ruang kelas, setting tempat duduk
siswa, media, dan sumber belajar.
8.
Alat
Alat yang
dipergunakan dalam pembelajran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran alat
memiliki fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan. Alat dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu alat verbal dan alat bantu nonverbal. Alat verbal dapat
berupa suruhan, perintah, larangan dan lain-lain, sedangkan yang nonverbal
dapat berupa globe, peta, papan tulis slide dan lain-lain.
9.
Sumber
Pembelajaran
Sumber
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat atau
rujukan di mana bahan pembelajaran bisa diperoleh. Sehingga sumber belajar
dapat berasal dari masyarakat, lingkungan, dan kebudayaannya, misalnya,
manusia, buku, media masa, lingkungan, museum, dan lain-lain.
10.
Evaluasi
Komponen
evaluasi merupakan komponen yang berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang
telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga bisa berfungsi sebagai sebagai
umpan balik untuk perbaikan strategi yang telah ditetapkan. Kedua fungsi
evaluasi tersebut merupakan evaluasi sebagai fungsi sumatif dan formatif.
11.
Situasi atau
Lingkungan
Lingkungan
sangat mempengaruhi guru dalam menentukan strategi pembelajaran. Lingkungan
yang dimaksud adalah situasi dan keadaan fisik (misalnya iklim, madrasah, letak
madrasah, dan lain sebagainya), dan hubungan antar insani, misalnya dengan
teman, dan peserta didik dengan orang lain. Contoh keadaan ini misalnya menurut
isi materinya seharusnya pembelajaran menggunakan media masyarakat untuk
pembelajaran, karena kondisi masyarakat sedang rawan, maka diubah dengan
menggunakan metode lain, misalnya membuat kliping.
2.2
Kelebihan dan
Kekurangan Strategi Pembelajaran yang Berorientasi pada Peserta Didik
Strategi pembelajaran sebagai suatu
metode untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam penggunaannya tidak selalu
cocok dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Oleh karenanya strategi
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut ini kelebihan dan
kekurangan strategi pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik yaitu sebagai
berikut :
a.
Kelebihan Penggunaan Strategi Pembelajaran
Yang Berorientasi pada Peserta didik
1. Dalam strategi
pembelajaran yang berorientasi pada siswa ini menekankan kepada aktivitas siswa
secara optimal, yaitu bahwa ada keseimbangan antara aktivitas fisik, mental,
emosional juga aktivitas intelektual. Dengan tujuan untuk memperoleh hasil belajar berupa
perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang.
2. Siswa berperan
sebagai subjek pendidikan bukan objek pendidikan yang harus dijejali dengan
berbagai informasi, melainkan siswa tersebut mengolah informasi tersebut dan
mengaplikasikannya atau menghubungkannya dengan kehidupan. Sehingga melalui pembelajaran
yang berorientasi pada aktivitas siswa ini siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai
sejumlah informasi, tetapi juga bagaimana memanfaatkan informasi itu untuk
kehidupannya. Dan menjadikan siswa adalah subjek yang memiliki
potensi untuk dapat dikembangkan.
3. Dalam strategi
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa guru tidak berperan sebagai
satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada
siswa, akan tetapi guru berperan sebagai penunjuk dan fasilitator dalam
memanfaatkan sumber belajar. Yang lebih penting lagi bahwa peran guru adalah memfasilitasi agar siswa belajar.
4. Dalam strategi
pembelajaran yang berorientasi pada aktifitas siswa guru dan siswa sama-sama
berperan sebagai subjek belajar yang membedakan hanyalah tugasnya
masing-masing.
5. Kegiatan
pembelajaran lebih bermakna dan efisien karena siswa berpartisipasi dalam
kegiatan perumusan tujuan pembelajaran dan pengambilan kesimpulan.
b.
Kekurangan
Penggunaan Strategi Pembelajaran Yang Berorientasi pada Peserta didik
1. Dalam kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran yang berorientasi pada
aktifitas siswa aktif dan tidak aktifnya siswa berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran hanya siswa yang mengetahuinya secara pasti. Karena keaktifan siswa ada yang dapat
diamati secara langsung seperti
mengerjakan tugas, berdiskusi, megumpulkan data dan lainnya. Namun ada hal yang tidak dapat diamati seperti
kegiatan mendengarkan dan menyimak.
2. Keberhasilan
strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktifitas siswa sangat tergantung
kepada apa yang dimiliki oleh guru seperti kemampuan guru, sikap
profesionalitas guru, latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru.
Karena hal-hal tersebut yang sangat menentukan bagaimana guru bisa menjalankan
perannya sebagai penunjuk dan fasilitator sehingga guru dapat memfasilitasi
siswanya untuk belajar. Tanpa hal-hal yang harus dimiliki oleh guru tersebut
dapat dipastikan proses kegiatan pembelajaran tidak akan berhasil dengan baik.
3.
Dalam kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktifitas siswa penekanan
hanya pada proses bukan pada hasil dan memerlukan waktu yang panjang.
2.3 Dasar
Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran Yang Berorientasi pada Peserta
Didik
Pembelajaran
pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika
berfikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada
saat itu juga semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua
itu dapat terwujud secara efektif dan efisien. Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua
strategi pembelajaran itu cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua
keadaan. Oleh karenanya dalam pemilihan strategi pembelajaran terdapat
prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran yang dapat digunakan sebagai
dasar pertimbangan dalam pemilihan strategi pembelajaran, adalah sebagai
berikut :
1.
Berorientasi pada tujuan
Dalam sistem pembelajaran tujuan
merupakan komponen yang utama. Segala aktivitas guru dan siswa, mestilah harus
diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Oleh karenanya
keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat
menentukan suatu strategi yang harus
digunakan guru. Hal ini sering dilupakan guru. Guru yang senang berceramah,
hampir setiap tujuan menggunakan strategi penyampaian, seakan-akan dia berpikir
bahwa segala jenis tujuan dapat dicapai
dengan strategi yang demikian. Strategi pembelajaran yang berorientasi pada
aktivitas peserta didik sangat cocok digunakan dalam pembelajaran dengan tujuan
pemecahan masalah, contohnya seperti kegiatan diskusi.
2.
Aktivitas
Srategi pembelajaran yang
berorientasi pada aktivitas peserta didik ini baik untuk digunakan karena dasar
pertimbangan prinsip aktivitas karena kegiatan pembelajaran itu bukanlah
menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat; memperoleh
pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu, strategi
pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi
juga meliputi aktivitas yang bersifat
psikis seperti aktivitas mental. Guru sering lupa dengan hal ini. Banyak
guru yang terkecoh oleh sikap siswa yang pura-pura aktif padahal tidak.
3.
Individualitas
Dalam proses pembelajaran adalah
usaha mengembangkan setiap individu siswa. Walaupun dalam proses pembelajaran
tersebut pada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang ingin dicapai adalah
perubahan perilaku setiap siswa. Oleh karena itu, dilihat dari segi jumlah siswa
sebaiknya standar keberhasilan guru ditentukan setinggi-tingginya. Semakin
tinggi standar keberhasilan ditentukan, maka semakin berkualitas proses
pembelajaran. Strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa baik
digunakan untuk mengembangkan potensi individualitas dengan menggunakan metode Time Token Arends, karena metode
tersebut menghindari siswa mendominasi pembicaraan dalam kegiatan pembelajaran
dan atau siswa yang diam sama sekali.
4.
Integritas
Dalam proses pembelajaran harus
dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh siswa. Proses pembelajaran bukan
hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, akan juga meliputi pengembangan
aspek afektif dan aspek psikomotorik. Oleh karena itu, strategi pembelajaran
harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa secara terintegrasi.
Penggunaan metode diskusi misalnya, guru harus dapat merancang strategi
pelaksanaan diskusi tak hanya terbatas pada pengembangan aspek intelektual
saja, tetapi harus mendorong siswa agar mereka bisa berkembang secara
keseluruhan, seperti mendorong agar siswa dapat menghargai pendapat orang lain,
berani mengeluarkan gagasan atau ide orisinil, bersikap jujur, dan lain-lain.
Disamping itu, bab IV pasal 19 peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 dikatakan
bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. Sesuai dengan isi peraturan pemerintah diatas,
maka ada sejumlah prinsip khusus dalam pengelolaan pembelajaran, sebagai
berikut :
a. Interaktif, Prinsip interaktif
mengandung makna bahwa mengajar bukan hanya sekadar menyampaikan pengetahuan
dari guru ke siswa akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses mengatur
lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Melalui proses interaksi,
memunggkinkan kemampuan siswa akan berkembang baik mental maupun intelektual.
b. Inspiratif, Proses pembelajaran
adalah proses inspiratif, yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan
sesuatu.berbagai macam informasi dan proses pemecahan masalah dalam
pembelajaran bukan harga mati yang bersifat mutlak, tetapi merupakan hipotesis
yang merangsang siswa untuk mau dan mencobanya.
c. Menyenangkan, Proses pembelajaran
adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa yang dapat
terwujud jika siswa terbebas dari rasa takut, dan menegangkan. Proses pembelajaran
yang menyenangkan dapat dilakukan dengan, pertama,
dengan menata ruangan yang apik dan menarik,yang memenuhi unsur kesehatan
seperti pengaturan cahaya, adanya ventilasi, serta memenuhi unsur keindahan
misalnya cat tembok yang bersih, bebas dari debu, dan sebagainya. Kedua, melalui pengelolaan pembelajaran
yang hidup dan bervariasi, yakni dengan menggunakan pola dan model
pembelajaran, media, dan sumber belajar
yang relevan serta gerakan-gerakan guru yang mampu memberikan motivasi belajar
siswa.
d. Menantang, Proses pembelajaran
merupakan proses yang menantang bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan
berfikir. Kemampuan tersebut dapat dikembangkan melalui rasa ingin tahu siswa.
Apapun yang dilakukan dan diberikan guru harus dapat merangsang siswa untuk berfikir
dan melakukan. Untuk itu dalam hal-hal tertentu sebaiknya guru memberikann
informasi yang “meragukan” sehingga karena keraguan itulah siswa terangsang
untuk membuktikannya.
e. Motivasi, Motivasi adalah aspek yang
sangat penting untuk membelajarkan siswa. Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin
siswa memiliki kemampuan untuk belajar. Oleh karena itu, membangkitkan motivasi
merupakan salah satu peran dan tugas guru dalam setiap proses pembelajaran.
Dari
pemaparan prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran dalam konteks
standar proses pendidikan tersebut diatas strategi pembelajaran yang
berorientasi pada aktivitas peserta didik dapat memenuhi prinsip-prinsip diatas
sehingga strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik
dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran yang sifatnya banyak membutuhkan
peran serta siswa atau aktivitas siswa seperti pembelajaran berdasarkan
pemecahan masalah, contohnya diskusi dan lainnya.
2.4 Langkah-langkah Pelaksanaan
Strategi Pembelajaran Yang Berorientasi pada Peserta Didik
Strategi
pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik sebagai sebuah strategi
pembelajaran yang merupakan suatu perencanaan memiliki langkah-langkah
pelaksanaannya. Berikut ini langkah-langkah pelaksanaan strategi pembelajaran :
1. Guru membuka kegiatan pembelajaran
sebagai langkah awal prapembelajaran, dengan memberikan motivasi kepada siswa.
2. Guru sedikit menjelaskan kompetensi
yang akan dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan.
Kemudian siswa berdiskusi dan mencari sumber belajar dan alat pendukung yang
berkaitan dengan kompetensi yang akan dicapai tersebut. Guru juga selalu
memotivasi siswa untuk terus terlibat dan berpartisipasi dalam aktivitas
pemecahan masalah yang dipilih. Sehingga tidak hanya guru yang merumuskan
tujuan pembelajaran, tetapi siswa juga ikut menentukan dan merumuskan tujuan
pembelajaran.
3. Guru membantu siswa mendefinisikan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan massalah tersebut
(menetapkan topic, tugas, jadwal dll).
4. Guru dan siswa
menyusun
tugas-tugas belajar bersama-sama. Artinya, tugas-tugas apa yang sebaiknya
dikerjakan oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, tidak hanya
ditentukan guru tetapi juga siswa. Hal ini dilakukan untuk memupuk tanggung jawab
siswa. Biasanya manakala siswa terlibat dalam menentukan jenis tugas dan batas akhir penyelesaiannya, siswa
akan lebih bertangguung jawab untuk mengerjakannya
5. Siswa mengumpulkan informasi yang
sesuai masalah yang sedang didiskusikan untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
6. Guru mengawasi jalannya kegiatan
pembelajaran dan membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan penyelesaian
tugas dan membantu siswa berbagi tugas dengan temannya.
7. Guru memberikan penjelasan terhadap
materi yang sedang dipelajari dan memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan
sebagai partisipasi aktif siswa. Kemudian siswa bersama-sama dengan guru
menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran tersebut.
2.5 Upaya Pemecahan Kasus
Pembelajaran Dalam Strategi Pembelajaran Yang Berorientasi pada Peserta Didik
Upaya
pemecahan kasus pembelajaran dalam strategi pembelajaran yang berorientasi pada
peserta didik dapat pula disebut sebagai kegiatan yang dapat diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran atau aplikasi strategi pembelajaran yang berorientasi
pada aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan-kegiatan tersebut
diantaranya yaitu :
1.
Mendengarkan dan diskusi
Diskusi berarti kegiatan pemecahan
masalah dengan bertukar pikiran melalui pendapat-pendapat dari setiap anggota
kelompok. Dalam kegiatan diskusi sangat ditentukan oleh keterampilan
mendengarkan.
Contohnya dalam pembelajaran matematika,
dalam kelas peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok untuk melakukan
diskusi tentang materi peluang, kemudian dalam kelopok tersebut peserta didk
saling melakukan tukar pikiran atau pendapat mengenai asumsi-asumsi dari
masing-masing siswa. Setelah masing-masing siswa paham barulah masing-masing
kelopok melakukan presentasi di depan kelas untuk ditanggapi oleh anggota
kelompok lain sehingga terjadi pertukaran pikiran satu sama lain.
2.
Pembelajaran dengan metode Think Pair and Share(saling memberi dan
menerima pemikiran-pemikiran melalui saran dan pendapat)
Dalam
pembelajaran ini siswa dan guru saling memberi dan menerima pemikiran-pemikiran
melalui saran dan pendapat. Dalam pembelajaran ini juga menggunakan metode
diskusi.
Contohnya
dalam pembelajaran matematika, setelah proses pembelajaran berlangsung seorang
guru bertanya mengenai pendapat peserta didik bagaimana caranya menyelesaikan
suatu persamaan kuadrat. Maka akan peserta didik akan merespon dengan
berbeda-beda, ada yang menggunakan substitusi, ada yang menggunakan eliminasi
bahkan ada yang menggunakan metode campuransehingga peserta didik lain dapat
memilih cara mana yang lebih mudah digunakan. Oleh karena itu, terjadi
ketersalingan untuk memberi dan menerima pemikiran baik saran atau pendapat
dari peserta didik satu dan yang lain.
Sehingga
demikianlah, Pembelajaran dengan metode Think
Pair and Share (saling memberi dan menerima pemikiran-pemikiran melalui
saran dan pendapat) dalam strategi pembelajaran yang berorientasi pada peserta
didik.
3.
Pembelajaran Berdasarkan Masalah(Problem Based
Learning/PBL)
Merupakan
suatu model pembelajaran yang didasarkan
pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal akuisisi dan integrasi
pengetahuan baru.
Model pembelajaran ini pada dasarnya mengacu kepada
pembelajaran-pembelajaran mutakhir lainnya seperti pembelajaran berdasar proyek
(project based instruction),pembelajaran berdasarkan pengalaman (experience
based instruction), pembelajaran autentik (authentic instruction),
dan pembelajaran bermakna.Berbeda dengan pembelajaran penemuan
(inkuiri-diskoveri) yang lebih menekankan pada masalah akademik. Dalam
Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning), pemecahan
masalah didefinisikan sebagai proses atau upaya untuk mendapatkan suatu
penyelesaian tugas atau situasi yang benar-benar nyata sebagai masalah dengan
menggunakan aturan-aturan yang sudah diketahui. Jadi, Pembelajaran Berdasarkan
Masalah (Problem Based Learning) lebih memfokuskan pada masalah
kehidupan nyata yang bermakna bagi siswa.Dalam kegiatan pembelajaran ini guru dan siswa memiliki
peran yang sama hanya tugasnya yang berbeda. Guru dan siswa
bersama-sama menentukan tujuan pembelajaran sampai dengan merumuskan
kesimpulan.
Contohnya
dalam pembelajaran matematika, materi peluang mengenai permutasi. Permutasi ada
2 macam yaitu permutasi unsure yang sama dan permutasi unsur yang berbeda.
Misalkan peserta didik dihadapkan dengan masalah yaitu melalui praktek secara
langsung 3 orang peserta didik dengan warna jilbab yang berbeda 2 orang
berwarna kuning dan 1 berwarna hijau, penyusunannya menggunakan permutasi
unsure yang sama, mengapa demikian? Hal itulah yang akan dididikusikan atau
dipirkan oleh masing-masing peserta didik. Oleh karena peserta didik dilibatkan
langsung dalam masalah maka akan terjadi suatu pembelajaran bermakna dalam diri
peserta didik.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan
kajian yang membahas tentang Strategi Pembelajaran yang berorientasi pada
peserta didik, maka kami simpulkan bahwa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan strategi
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa tersebut, peserta didik
menjadi subjek pembelajaran karena yang menjadi sasaran pembelajaran adalah
aktivitas siswa dalam pembelajaran. Partisipasi atau aktivitas siswa
tersebutlah yang menjadi tolak ukur keberhasilan pembelajaran. Aktivitas siswa
yang dimaksud bukan hanya aktivitas fisik, mental, namun juga termasuk
aktivitas emosional dan intelektual sehingga aktivitas siswa tersebut adalah
secara optimal. Hal tersebut juga dikarenakan untuk mendapatkan hasil yang
seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif), sikap (afektif),
dan keterampilan (psikomotor).
3.2 Saran
Dalam
pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik ini peran dan keaktifan siswa
sangat diperlukan dan lebih mendominasi dalam proses pembelajaran, sehingga
siswa yang kurang aktif akan tertinggal. Oleh karena itu, seorang guru
harus mampu memahami karakter peserta
didik, membangun rasa percaya diri dalam diri siswa melalui motiavasi dan pendekatan.
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih,
C.A. (2008). Strategi dan Pengelolaan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Karwono, (2012). Strategi Pembelajaran. Metro:____