Makalah Teori Belajar
Menurut Pandangan Kognitif dan Landasan Filosofisnya
Untuk
memenuhi tugas kelompok Belajar dan Pembelajaran yang diampu oleh Bapak Prof.
Dr. H. Karwono, M.Pd dan Ibu Ira Vahlia, M.pd
Oleh:
NAMA
|
NPM
|
Utari
Sulistya Ningsih
Arih
Kurnia Dewi
Yungki
Maikel Arifin
Prasetya
Bima Nugraha
|
15310020
14310064
15310026
15310016
|
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH METRO
2016/2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Oleh karena itu, kami tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Prof. Dr. H. Karwono, M.pd dan Ibu Ira Vahlia, M.pd selaku dosen yang telah membimbing dalam menyelesaikan makalah ini.
Namun
tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik
dari segi penyusunan, bahasa, maupun segi lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada dan tangan terbuka kami menerima dan membutuhkan kritik serta saran
yang membangun.
Kami berharap
semoga dari makalah Teori Belajar Menurut Pandangan Kognitif dan Landasan
Filosofisnya ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan
pengetahuan kepada pembaca.
Metro, 2
Oktober 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL.................................................................................. i
KATA
PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR
ISI............................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 1
1.3 Tujuan
Penulisan..............................................................................
1.4 Manfaat
Penulisan............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Teori Belajar Kognitif.................................................... 3
2.2 Landasan Filosofis Teori Belajar Menurut Pandangan
Kognitif..... 5
1. Teori Jean Piaget........................................................................ 5
2. Teori Lev Vygotsky................................................................... 7
3. Teori Albert Bandura................................................................. 8
4. Teori Jerome Bruner................................................................... 11
5. Teori David Ausubel.................................................................. 12
2.3.Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif......................... 13
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan......................................................................................... 15
3.2
Saran................................................................................................... 15
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut
Psikologi Kognitif, pengertian pembelajaran adalah usaha membantu siswa atau
anak didik mencapai struktur kognitif melalui pemahaman, sedangkan pengertian
belajar adalah perubahan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat selama dia
beraktivitas. Tokoh aliran ini adalah Piaget, David Ausubel, dan Jerome Brunner
dan lain-lain.
Pembelajaran
dimulai dari latihan secara kontinue dan juga bisa berasal dari pengalaman yang
diterima. Pembelajaran bermula apabila seorang menerima sesuatu rangsangan
pembelajaran dan mengolahnya menggunakan pikiran. Berbagai macam teori
pembelajaran diperlukan, terutama dalam melaksanakan proses pembelajaran, salah
satunya teori kognitif.
Teori
kognitif memberikan banyak konsep dalam psikologi perkembangan dan berpengaruh
pula pada perkembangan kecerdasan.Teori ini membahas bagaimana seseorang tidak
sekedar melibatkan hubungan stimulus dengan respon, tetapi juga memperhatikan
pemahaman persepsi tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajar,
mengartikan interaksinya dengan tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh
cara baru dalam mempresentasikan informasi secara langsung. Bagi para penganut
teori kognitif, teori ini mengedepankan upaya memberikan pemahaman kepada siswa
dalam mendapat informasi melalui proses internal yang mencakup ingatan, potensi,
pengolahan, emosi, dan aspek-apsek kejiwaan lainnya. Teori ini menerapkan
modifikasi antara situasi baru dengan struktur kognitif yang dimiliki oleh
seseorang karena proses belajar akan berkesan dengan baik jika materi pelajaran
atau informasi beradaptasi dengan struktur kognitif yang dimiliki seseorang.
Oleh
karena teori belajar kognitif dirasa penting untuk diaplikasikan dalam proses
pembelajaran, maka kami membuat makalah yang membahas tentang teori belajar
menurut aliran kognitif dan landasan filosofinya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah
pengertian teori belajar menurut pandangan kognitif?
2. Bagaimana
landasan filosofis teori belajar menurut pandangan kognitif?
3. Apa
saja kelebihan dan kekurangan teori belajar menurut pandangan kognitif
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian teori belajar menurut pandanagn
kognitif
2. Mengetahui
landasan filosofis teori belajar menurut pandangan kognitif
3. Mengetahui
kelebihan dan kekurangan teori belajar menurut pandangan kognitif
1.4 Manfaat Penulisan
1.
Memberikan wawasan tentang pengertian
teori belajar kognitif
2.
Memberikan wawasan tentang landasan
filosofis teori belajar kognitif
3.
Meberikan informasi mengenai kelebihan
dan kekurangan teori belajar menurut pandangan kognitif
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori
Belajar Kognitif
Secara umum kognitif diartikan
sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa
(sinthesis), dan evaluasi (evaluation). Teori kognitif lebih menekankan
bagaiamana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang
dimiliki seseorang. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa teori kognitif ini
berkaitan tentang bagaiamana seseorang melakukan proses untuk mendapatkan
pengetahuan baru dengan cara berpikir secara rasional.
Menurut teori kognitif, belajar
merupakan suatu proses atau aktifitas mental yang terjadi dalam akal pikiran
manusia. Jadi, belajar adalah suatu proses kegiatan yang melibatkan aktivitas
mental yang terjadi dalam diri manusi sebagai akibat dari proses interaksi
aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk
pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, dan sikap yang bersifat
relatif dan berbekas.
Teori belajar kognitif menjelaskan
belajar dengan memfokuskan pada perubahan proses mental dan struktur yang
terjadi sebagai hasil dari upaya untuk memahami dunia. Teori belajar kognitif
yang digunakan untuk menjelaskan tugas-tugas yang sederhana seperti mengingat
nomor telepon dan kompleks seperti pemecahan masalah yang tidak jelas. Teori
belajar kognitif didasarkan pada empat prinsip dasar:
·
Pembelajar aktif dalam upaya untuk
memahami pengalaman.
·
Pemahaman bahwa pelajar mengembangkan
tergantung pada apa yang telah mereka ketahui.
·
Belajar membangun pemahaman dari pada
catatan.
·
Belajar adalah perubahan dalam struktur
mental seseorang.
Teori kognitif muncul karena adanya
keterbatasan pada toeri behaviorisme. Menurut pandangan teori kognitif bahwa
manusia merupakan makhluk belajar yang aktif dan selalu ingin tahu serta
makhluk sosial. Teori ini menekankan bahwa belajar meruoakan suatu proses yang
terjadi dalam akal pikiran manusia, yang proses tersebut tidak dapat mereka
amati. Proses belajar bukan hanya sekedar interaksi antara stimulus dan respon
saja, melainkan melibatkan juga aspek psikologi lain (seperti: mental,emosi
dan persepsi) dalam memproses informasi
yang tidak tampak, dalam memberikan respon terhadap stimulus belajar. Oleh
karena itu, faktor inilah (mental, emosi, persepsi dan lain-lain) yang disebut
dengan faktor internal.
Menurut psikologi kognitif, belajar
dipandang sebagai suatu usaha untuk mengerti tentang sesuatu. Usaha untuk
mengerti sesuatu tersebut dilakukan aktif oleh siswa atau si belajar. Keaktifan
tersebut dapat berupa:
·
Mencari pengalaman
·
Mencari informasi
·
Memecahkan masalah
·
Mencermati lingkungan
·
Mengolah stimulus yang bermakna untuk
mencapai tujuan belajar
Salah satu teori belajar yang berasal
dari psikologi kodnif ialah teori pemrosesan informasi dalam otak manusia. Informasi
yang masuk ke saraf pusat akan direkan dan diseimoan dalam memori jangka pendek
dalam waktu yang amat singkat.
Penyimpanan yang sebentar ini juga mengalami pemrosesan, yaitu sebagian
informasi yang tidak bermakna hilang dari sistem informasi (tidak berhasil
dikode) dan yang bermakna akan diproses lebih lanjut. Proses pereduksian ini
disebut dengan persepsi selektif.
Informasi dalam memori jangka pendek ini kemudian ditransformasikan dalam
memori jangka panjang. Saat ditransformasikan, informasi yang baru tersebut
akan berintegrasi dengan informasi lama yang sudah tersimpan dalam memori
jangka panjang. Hal ini disebut dengan pemanggilan. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar
berikut ini!
![]() |
|||||
![]() |
|||||
![]() |
|||||
2.2 Landasan
Filosofis Teori Belajar Menurut Pandangan Kognitif
1. Teori
Kognitif Jean Piaget (teori perkembangan
kognitif)
Perkembangan
kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu proses yang didasari mekanisme
biologis perkembangan sistem syaraf. Piaget mengembangkan teori perkembangan
kognitif yang cukup dominan selama beberapa abad. Dalam teorinya, Piaget membahas tentang
bagaimana anak belajar, menurutnya dasar belajar adalah aktivitas anak bila ia
berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Anak tidak
berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi
sebagai bagian dari kelompok sosial. Interaksi anak dengan masyarakat merupakan
peran penting dalam mengembangkan pandangannya terhadap alam. Semakin
bertambahnya usia seseorang maka susunan sel syaraf mereka akan semakin
kompleks dan kemampuannya akan meningkat.Piaget membangun teorinya dengan
memunculkan istilah intelegensi, skema, asimilasi, akomodasi dan ekuilibrium.
Intelegensi adalah suatu adaptasi mental pada
lingkungan yang baru (menurut Stern dalam Paul, 2001) atau suatu kemampuan
untuk memecahkan masalah (menurut Gardner). Sehingga dapat dikatakan bahwa
intelegensi tidak terlepas dari pemrosesan informasi atau kognisi untuk
mengolah stimulus agar dapat beradaptasi dengan lingkungan.
Skema adalah struktur mental seseorang dimana secara
intelektual beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Skema bukan benda yang
dapat dilihat, tetapi suatu rangkaian proses dalam sisitem kesadaran seseorang.
Contohnya: seeorang anak mengenali ayam dari cerita orang tuanya atau melihat
ayam secara langsung, kemuadian ia beranggapan bahwa ayam adalah hewan berkai
dua, warna putih dan bentuknya besar (ayam kalkun). Seiring berjalannya waktu,
ia melihat ayam berbeda yaitu berwarna hitam, bisa berkokok, bentuknya kecil
(ayam kate), bentuknya sedang (ayam kampung), mempunyai cengger besar (ayam jago)
dan lain-lain. Skema tentang ayam semakin berkemabang dan lengakap.
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang
mengintegrasikan persepsi, konsep, atau pengalaman baru ke dalam skema atau
pola yang sudah ada dipikirannya. Asimilasi tidak menyebabkan perubahan skema
tetapi hanya mengembangakan skema yang sudah ada. Contohnya: awalnya seorang
anak tahu bahwa ayam berkaki dua, warna putih, makan jagung, bentuk sedang.
Kemuadian ada warna lain, lehernya pendek, bentuknya kecil dan lain-lain.
Dengan demikian skema tentang ayam menjadi bertambah. Skema awal tetap dipakai
dan ditambahi informasi yang baru.
Akomodasi adalah perubahan skema ke dalam situasi
yang baru karena skema lama tidak cocok dengan pengalaman baru. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara:
a. Membentuk
skema baru yang cocok dengan pengetahuan baru yang diperoleh
b. Memodifikasi
(mengubah) skema yan gtelah ada agar cocok dengan pengetahuan yang baru
diperoleh.
Contohnya:
skema lama: “semua benda padat tenggelam di ai”r. Akan tetapi seorang anak melihat
kapal yang mengapung di laut. Oleh karena itu, skema lama yang tidak cocok
diubah dengan skema baru yaitu “tidak semua benda padat tenggelam dalam air”.
Ekuilibrium adalah proses
penyeimbangan berkelanjutan antara asimilasi dan akomodasi. Perubahan yang
dimaksud terjadi pada saat informasi atau pengalaman baru yang diterima
sesorang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga sesuai (asimilasi) dengan skema
kognitif yang dimiliki sebelumnya. Apabila asimilasi tidak terjadi karena
adanya informasi baru yang tidak bersesuaian, maka perlu adanya penyesuaian
struktur kognitif dengan pengetahuan baru yang diterima. Proses ini disebut
akomodasi.
Adapun
tahapan-tahapan perkembangan anak sebagai berikut:
a. Sensory
Motor Stage (0-2 tahun)
Pada
tahap ini, perkembangan mental ditandai seorang anak menjelajah lingkungan
melalui indra dan kemampuan motoriknya. Contoh: memindahkan objek pada tempat
yang ia kehendaki melalui gerakan dan tindakan fisik.
b. Pra-Operational
Stage (2-7 tahun)
Pada
tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar. Contoh:
seorang anak menggambar kotak dengan lingkaran dibawahnya, ia katakan gambar
itu seperti mobil,
c. Concrete
Operational Stage (7-11 tahun)
Pada
tahap ini anak melakukan penalaran logika tetapi hanya pada situasi yang
kongkret. Contoh: ada 3 tongkat yaitu A (pendek), B (sedang), C (panjang). Maka
ia dapat menyimpulkan A lebih pendek dari B, B lebih pendek dari C, kemuadian
ia simpulkan bahwa A lebih pendek dari C.
d. Formal
Operational Stage (11-15 tahun)
Pada
tahap ini individu melampui dunia nyata, pengalaman-pengalaman nyata dan
berpikir secara abstrak dan logis. Contoh: seorang anak mampu memecahkan
masalah dan menyelesaikannya secara sistamatis.
Perlu diingat selalu
bahwa setiap tahap tidak bisa berpindah ke tahap berikutnya apabila tahap
sebelumnya belum bisa diselesaikan, di setiap selesainya tahapan, umur tidak
bisa menjadi patokan utama seseorang berada pada tahap tertentu, hal ini
disebabkan perbedaan perkembangan individu satu dengan yang lain.
2. Lev
Vygotsky (teori perkembangan kognitif sosial)
Menurut
Vygotsky, fungsi mental memiliki hubungan sosial. Anak mngembangkankan konsep
yang sistematis, logis dan rasional merupakan hasil dialog dengan
pembimbingnya. Jadi dalam teori ini, bahasa dan orang lain yang terampil
memainkan peran dalam perkembangan kognitif anak. Istilah-istilah yang
dikemukakan oleh Vygotsky antara lain:
a. Bahasa
dan Pikiran
Bahasa tidak hanya
untuk komunikasi tetapi juga dapat membantu anak dalam mengerjakan tugasnya.
Penggunaan bahasa dalam rangka pengaturan diri (self regulation) untuk
merencanakan, membimbing, dan memantau perilakunya disebut private speech. Anak yang mampu menggunakan private speech dianggap lebih kompeten secara sosial dibanding yang
tidak menggunakanya.
b. Zona
perkembangan proksimal (Zone of Proximal
Development)
Zona perkembangan
proksimal (ZPD) adalah suatu area dimana anak merasa sulit mengerjakan tugas
secara sendirian, tetapi akan mudah jika dikerjakan dengan bantuan dan
bimbingan orang lain yang lebih dewasa atau lebih terampil. Jadi batas bawah
(ZPD) adalah tingkat keterampilan yang dapat diraih oleh anak yang dilakukan
secara mandiri. Batas atas ZPD adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang
dapat diterima anak dengan bantuan orang lain seperti guru, orang tua atau teman.
c.
Scaffolding
Scaffolding
adalah mengubah tingkat dukungan. Pengubahan tingkat dukungan tersebut
dilakukan dengan cara seseorang yang lebih berkompeten sebagai pembimbing
menyesuaikan jumlah bimbingan sesuai dengan kinerja anak. Menurut Vygotsky,
anak-anak memiliki konsep yang kaya, tetapi tidak, sistematis tidak
terorganisir dan spontan. Apabila ia bertemu dengan pembimbing yang sistematis,
terorganisir dan rasional maka ia akan menjadi demikian pula. Contoh: seorang
guru sedang mengajarkan muridnya main piano sisesuaikan dengan kinerja anak.
Sedikit demi sedikit anak dari tidak bisa menjadi terampil.
3. Albert Bandura (teori kognitif sosial melalui
belajar pengamatan)
Teori
Bandura menyatakan bahwa faktor-faktor sosial dan kognitif serta perilaku
berperan penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif meliputi harapan peserta
didik untuk berhasil, faktor sosial meliputi pengamatan peserta didik terhadap
perilaku orang lain. Bandura mengatakan bahwa ketika peserta didik belajar,
peristiwa belajar tersebut secara kognitif mampu mengubah pengalaman mereka.
Teori
pembelajaran sosial terjadi melalui pembelajaran pengamatan (observating learning) , yaitu
pembelajaran yang meliputi perolehan keterampilan, strategi, dan keyakinan
dengan cara mengamati orang lain. Jadi pengamatan juga disebut modeling. Contoh
percobaan Bandura adalah sebagai berikut:
“Anak TK dibagi dalam 3
kelompok dan masing-masing disuruh menonton film dimana seorang anak
(model-berperilaku agresif) dalam film memukuli boneka bobo. Di film pertama,
agresor diberi penghargaan dengan permen dan minuman ringan. Di film kedua,
agresor dikritik dan diberi hukuman. Di film ketiga, agresor tidak diberi
konsekuesi apapun. Perilaku anak tersebut saat menonton film, diamati pada
cermin satu arah. Ternyata hasilnya anak yang menonton film dimana agresornya
diberi penguatan dan tidak diberi konsekuensi lebih banyak berlaku agresif
daripada yang diberi hukuman. Diantara anak-anak tersebut ada yang berprilaku
agresif ada pula yang tidak”.
Dari
percobaan ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara pembelajaran dan
pelaksanaan pembelajaran. Hanya karena peserta didik tidak melakukan sebuah
respons, bukan berarti mereka tidak mempelajarinya. Bandura percaya bahwa
ketika anak menagmati perilaku tetapi tidak membuat respons seperti yang mereka
amati, maka anak tersebut sesungguhnya telah mendapatkan respon dalam bentuk
kognitif.
Proses Belajar
Observasi
Dalam
pembelajaran kognitif sosial melalui pengamatan, terdapat suatu proses
meliputi:
1. Perhatian
(sebelum melakuak tindakan, peserta didik harus mengamati apa yang dilakukan
oleh model)
2. Memori
( untuk menirukan tindakan model, peserta didik harus mengkodekan informasi dan
menyimpan dalam memori sehingga mereka menginagt dan memahami).
3. Produksi
(keadaan dimana anak menirukan tindakan model, tetapi karena keterbatasannya,
tidak semua anak mampu menirukan model dengan benar. Mereka dapat dibantu
dengan bimbingan dan latihan.
4. Motivasi
(setelah paham yang dilakuakan model, menyimpan informasi dalam memori, dan
memproses keterampilan, tetapi tidak termotivasi untuk melakuak tindakan.
Setelah mendapat penguatan, mereka akhirnya termotivasi untuk menirukan.
Bandura juga mengembangkan sebuah
model Determinasi Timbal Balik. Model
ini mempunayi 3 faktor yaitu:
a. Kognisi
mempengaruhi prilaku.
Contoh:
anak mengembangkan strategi kognitif untuk berpikir lebih praktis dalam
menyelesaikan masalah matematika.
b. Perilaku
mempengaruhi kognisi.
Contoh:
perilaku belajar anak telah membuatnya memperoleh nilai bagus, sehingga
perilaku tersebut akan mempengaruhi harapan positif mengenai kemampuan dan
kepercayaan diri (kognisi).
c. Lingkungan
mempengaruhi perilaku.
Contoh:
sekolah mengadakan les matematika agar peserta didiknya pintar matematika
d. Perilaku
mempengaruhi lingkungan
Contoh:
program les yang diadaan berhasil karena dapat meningkatkan perilaku belajar
siswa di kelas. Oleh kerena itu, sekoalah mengadakan program les secara
menyeluruh
Agar
semua peserta didik dapat ikut berpartisipasi.
e. Kognisi
mempengaruhi lingkungan.
Contoh:
harapan positif dari guru dan kepala sekolah terhadap keberhasilan perilaku
belajar peserta didik, membuat sekolah untuk segera melakukan program les pada
pelajaran lain.
f. Lingkungan
mempengaruhi kognisi.
Contoh
: sekolah akan mengadakan les , anak dan orang tuanya memanfaatkan program ini.
Oleh karena itu, program bimbel/les ini mempengaruhi kognisi anak dan orang
tuanya tentang manfaat program tersebut.
4. Jerome
Bruner ( discovery learning )
Teori
belajar discovery learning yaitu
dimana peserta didik mengorganisir bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk
akhir. Bruner melihat perkembangan kognitif manusia berkaitan dengan
kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan positif seseorang dipengaruhi oleh
kebudayaan, terutama bahasa yang digunakan. Perkembangan kognitif menurut
Burner terjadi pada 3 tahap, yaitu:
a. Tahap
inaktif, yaitu tahap dimana individu melakukan aktivitas yang berhubungan
dengan usahanya memahami lingkungan. Contohnya: peserta didik harus belajar
untuk menghadapi ujian yang sudah diumumkan oleh gurunya.
b. Tahap
ikonik, yaitu tahap individu memahami lingkungannya melalui gambar-gambar dan
visualisasi verbal. Contohnya: peserta didik memahami materi pembelajaran yang
disampaikan guru melaui gambar-gambar.
c. Tahap
simbolik, yaitu tahap dimana individu
memiliki gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi oleh bahasa dan
logika. Contoh: peserta didik mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
guru dengan menggunakan bahasa yang jelas dan rasional.
Burner
berpandapat bahwa pembelajaran dapat dilakukan kapan saja tanpa harus menunggu
seorang anak sampai pada tahap perkembangan tertentu. Apabila bahan ajar
didesain secara baik, maka individu dapat belajar meskipun usahanya belum
memadai. Dengan logika lain, perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan
melalui materi yang dirancang sesuai dengan karakteristik kultural peserta
didik. Kaitanya dengan pembelajaran , teori Burner dapat dijelaskan sebagai
berikut:
· Kenaikan
potensi intelaktual menimbulkan harapan anak untuk sukses. Dengan perkembangan
intelektualnya, anak menjadi cakap dalam mengembangkan strategi untuk memahami
lingkungannya.
· Kurikulum
disusun mulai dari suatu topik yang sederhana menuju topik yang lebih kompleks
(spiral curriculum)
· Langkah-langkah
belajar penemuan, antara lain:
ü Anak
dihadapkan pada tugas yang sulit karena ini merupakan awal proses perkembangan
ü Peserta
didik mulai memahami dan menyelidiki problem secara individual.
ü Peserta
didik berusaha menyelesaikan problem dengan pengetahuannya, melihat fenomena,
mengubung-hubungkan pengetahuam dengan fenomena. Kegiatan inilah yang disebut
dengan penemuan.
ü Peserta
didik menunjukkan pengertian dari generalisasi itu.
ü Peserta
didik menyatakan dasar dari prinsip generalisasi yang dikemukakan.
5. Teori
David Ausubel (Belajar Bermakna)
Teori
belajar dari David Ausubel dikenal dengan “Belajar Bermakna” atau Meaningfull
Learning. Artinya, bahwa yang dipelajari anak memiliki fungsi bagi
kehidupannya. Menurut Ausubel, seseorang belajar dengan mengasosiasikan
fenomena baru ke dalam bayangan yang telah dimiliki. Dalam proses itu seseorang
dapat mengembangkan bayangannya yang ada atau mengubahnya. Dalam proses
belajar, siswa membangun apa yang dia pelajari sendiri.
a. Langkah
– langkah pembelajaran menurut Ausubel:
·
Menentukan tujuan pembelajaran.
·
Melakukan indentifikasi karakteristik
siswa (kemampuan awal, motivasi, dan gaya belajar).
·
Memilih materi pelajaran yang sesuai
dengan karateristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep.
·
Menentukan topik-topik dan
menampilkannya dalam bentuk Advance Organizer yang akan dipelajari siswa.
·
Melakukan penilaian proses dan hasil
belajar siswa.
b. Dua
hal yang perlu diperhatikan agar belajar menjadi lebih bermakna:
·
Materi yang dipelajari haruslah
merupakan materi yang bermakna, sesuai dengan struktur kognitif siswa.
·
Aktivitas belajar semestinya berlangsung
dalam kondisi belajar yang bermakna.
Dalam
konteks demikian aspek motivasional menjadi sangat penting, sebab tidak akan
terjadi asimilasi pengetahuan baru jika siswa tidak memiliki pengetahuan
bagaimana melakukannya. Meskipun kedua syarat tersebut telah terpenuhi, namun
dalam belajar belum bermakna, karena masih diperlukan adanya advance orginizer,
yaitu kerangka abstraksi atau ringkasan konseptual dari apa yang dipelajari.
Bagi Ausubel advance organizer dapat memberikan tiga manfaat penting:
a. Dapat
menyediakan suatu kerangka konsep untuk materi yang akan dipelajari.
b. Berfungsi
sebagai mnemonic (jembatan penghubung) antara apa yang sedang dipelajari saat
ini dengan apa yang akan dipelajari siswa.
c. Mampu
membahas siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.
2.3 Kelebihan dan
Kekurangan Teori Belajar Kognitif
a. Kelebihan
Teori belajar kognitif
·
Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk
memecahkan masalah (problem solving).
·
Dapat meningkatkan motivasi.
·
Menjadikan siswa lebih kreatif dan
mandiri.
·
Membantu siswa memahami bahan belajar
secara lebih mudah.
·
Memudahkan kita dalam memilih materi sesuai perkembangan atau usia
seorang individu.
b. Kekurangan
Teori Kognitif:
·
Teori tidak menyeluruh untuk semua
tingkat pendidikan.
·
Sulit dipraktikkan khususnya di tingkat lanjut.
·
Pada
dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan ingatan peserta
didik, dan kemampuan ingatan masing-masing peserta didik, sehingga kelemahan
yang terjadi di sini adalah selalu menganggap semua peserta didik itu mempunyai
kemampuan daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
·
Jika
dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif tanpa adanya metode
pembelajaran lain maka peserta didik akan kesulitan dalam praktek kegiatan atau
materi.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori
belajar kognitif adalah teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar
daripada hasil belajarnya. Pada teori kognitif, belajar diartikan sebagai
perubahan pemahaman dan persepsi yang tidak selalu berbentuk tingkah laku
manusia yang nampak seperti pengetahuan, arti, perasaan, keinginan,
kreativitas, harapan, dan pikiran dan lain-lain. Belajar kognitif lebih
menekankan bagaimana seorang peserta didik mendapatkan pengetahuan baru.
Terdapat beberapa tokoh yang mengemukakan pendapatnya mengenai teori belajar
kognitif ini, diantaranya adalah Jeans Piaget, Lev Vygotsky, Albert Bandura, Jerome Bruner dan David Ausubel.
3.2 Saran
Penerapan
teori belajar kognitif, perlu diperhatikan bahwa setiap kemampuan dan daya
pikir antara satu orang dengan orang lain berbeda-beda sehingga guru perlu
memahami karakter setiap peserta didik agar dapat membagikan ilmu secara
seimbang.
DAFTAR
PUSTAKA
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/06/07/kekurangan-dan-kelebihan-teori-kognitif-dan-konstruktivistik-4/
Budiningsih,
C.A. (2008). Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta
http:
//wikipedia.com
Karwono. 2010. Belajar dan Pembelajaran serta Pemanfaatan Sumber Belajar.
Ciputat: Cerdas Jaya.
Suyono dan Hariyanto. 2001. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung: PT Rosda Karya.
Karwono. 2012. Belajar dan Pembelajaran serta Pemanfaatan Sumber Belajar Edisi
Revisi. Depok: Raja Grafindo Persada.